Selamat
pagi. Sudah Jumat lagi saja ternyata.
Cuaca juga lumayan cerah hari ini. Berarti bisa kering dong cucian ibu-ibu (dan
cucianku juga ;p). apakah perubahan cuaca pagi ini berimbas pada arus lalu
lintas juga? Entahlah, tapi yang jelas perjalanan Condet – Simatupang lancar
jaya sekali. Di dalam bus 509 yang membawa saya ke tempat pengabdian, mata saya
seperti automatically mencari sosok
paruh baya ber-vest oranye yang selalu ada dipinggir jalan membawa sapu
panjang, pandangannya selalu menatap ke bawah, seolah tak ingin melewatkan
sesuatu di bawah sana. Setiap saya melewati Simatupang, si bapak selalu ada di
sana. Berada di sepanjang fly over. Mungkin kehadirannya untuk sebagian orang
seperti tak kasat mata, namun mata saya selalu menangkap sosok itu.
Penyapu Jalanan di Jakarta |
Petugas
kebersihan, baik itu penyapu pinggir jalan, penyapu taman kota, dan penarik
sampah setiap rumah adalah orang-orang yang paling berjasa dan paling
memberikan kontribusi besar bagi kebersihan. Namun banyak orang yang tidak
sadar akan pentingnya kehadiran orang-orang ini. Pernah saya menguping
pembicaraan beberapa orang ibu di tukang sayur yang mengeluh naiknya iuran
sampah yang diminta tukang sampah di daerah rumah saya. Kurang lebih begini
percakapan mereka:
A: “Masa narikin sampah dua kali sehari aja minta naik jadi 30 ribu, mahal amat”.
B: “Emang, kok si bapak jadi mahal sih bayarannya”
Saya
lirik belanjaannya, ada ayam, daging, udang, dan bandeng presto..
Memang
besar kecilnya sesuatu yang melibatkan nominal uang itu relative ya. Tetapi
dalam kasus ini, para ibu yang komplen itu termasuk dalam keluarga yang
berkecukupan, wong tetangga saya ko, jadi saya tahulah. (ngga nyambung ya :D). Yang jelas
orang-orang punya mobil pribadi dan yang mampu main dan belanja ke mall saban
weekend sih buat saya termasuk kategori orang berada ya. Jadi kalau naik dari
25 ribu menjadi 30 ribu dipermasalahkan sih kayanya absurd aja. Mungkin buat
ibu-ibu ini 25 ribu itu hanya untuk sekali belanja di tukang sayur, tetapi buat
penarik sampah, itu penghasilan satu bulan. Makanya, merki banget nih orang
dalam hati saya. Saya yakin para ibu complainer yang saya ceritakan di atas
adalah sample dari apa yang terjadi di masyarakat kita. Banyak dari masyarakat
yang mau lingkungan rumahnya bersih tetapi tidak mau membayar dengan harga
layak untuk kebersihan itu.
Bapak Penarik Sampah |
Tidak
banyak memang orang yang mau menjadi petugas kebersihan. Salah satu faktor
utamanya adalah minimnya upah yang diterima dan tidak adanya fasilitas
kesehatan untuk mereka. Sungguh sangat berbanding terbalik dengan para petugas
kebersihan di Negara-negara maju seperti di Amerika atau Inggris di mana
pekerja kasar seperti itu diganjar dengan bayaran yang cukup mahal. Saya pernah
menonton film documenter produksi BBC yang berjudul The Toughest Place to
be Binman. Ternyata seting film
documenter tersebut itu di Jakarta! Dan the toughest place yang di maksud itu
adalah ibukota kita tercinta! Duh, malunya. Sampai londo dari Eropa pun tahu mencari
pembanding tempat tersulit sebagai tukang sampah ke Indonesia. Sayangnya, video dokumenter ini sudah dihapus dari Youtube karena masalah perizinan dari BBC. Tapi teman-teman bisa menontonnya langsung dari BBC.com. Trailernya bisa dilihat di sini
Wilbur Ramirez and Imam, dua tokoh utama di film dokumenter BBC |
Wilbur, bin man dari London, menarik gerobak sampah |
Sebenarnya
akan banyak orang yang mau menjadi petugas kebersihan kalau saja bayaran dan
fasilitas yang didapatkan seimbang dan layak. Gaji cukup, fasilitas kesehatan,
jaminan hari tua, dan tunjangan-tunjangan yang didapatkan karyawan dan PNS itu
juga didapatkan oleh para petugas kebersihan. Dengan naiknya Bapak Ahok sebagai
gubernur, saya harap kseejahteraan para pahlawan kebersihan Jakarta ini bisa
lebih diperhatikan. Mungkin tidak hanya tanggung jawab Bapak Ahok, tapi juga seluruh lapisan masyarakat yang merasakan betapa berjasanya pra pahlawan ini. Hargai mereka, bayar mereka sepantasnya.
"Although he works with rubbish, he deserves to be treated with respect. He may be a bin man but he is still a human being."