Saturday, June 10, 2017

Tantangan #11 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Assalamualaikum,

Hari ke 11 saya menerapkan metode Choose the Right Time dan Eye Contact. Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan lalu, saya dan suami sepakat untuk meluangkan waktu berdua untuk berbicara jam 9.30, setelah Kiran tidur.  Saya meminta waktu khusus untuk bicara karena saya merasa waktu berkomunikasi dari hati ke hati dengan suami sangat minim. Jadi semoga kebiasaan yang baru kami buat ini akan terus berlangsung.

Malam ini saya mengungkapkan perasaan saya kepada suami saya. Tentang sikap kami berdua, kekurangan kami, dan harapan dari satu sama lain. Suami saya juga melakukan hal yang sama. Hal yang sangat jarang kami lakukan. Memang banyak sekali manfaat dari meluangkan waktu berdua saja setiap malam. Kami jadi tahu apa yang dirasakan oleh satu sama lain. Ketika suami berbicara, saya mendengarkan dan menggunakan kontak mata dan begitu juga sebaliknya. Kita jadi bisa lebih memahami apa yang di sampaikan dengan melihat langsung ke matanya.

Semoga hal baik yang kami sedang lakukan akan terus bisa konsisten berlangsung.

#level1
#day11
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Friday, June 9, 2017

Tantangan #10 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ke 10 melakukan tantangan komunikasi produktif, saya dan suami memutuskan untuk meluangkan waktu setiap malam untuk ngobrol. Setiap hari jam 9.30, setelah anak kami tidur, adalah waktunya kami saling mendengarkan.

Barusan kami menyelesaikan percakapan kami. Metode Choose the Right Time, eye contact dan bahasa tubuh bisa kami praktekkan. Sangat menyenangkan sekali. Dulu pernah kami mencoba membuat waktu komunikasi berdua seperti ini, tetapi karena saya dan suami masih sama-sama bekerja, jam 9 rasanya kasur sudah memanggil untuk ditiduri. Konsistensi berkomunikasi jam 9 cuma jadi rencana yang tidak terlaksana. Sekarang kami mencoba mewajibkan untuk berkomunikasi setiap malam. Dan semua berkat tantangan dari bunsay iip. Semoga kami bisa terus konsisten.

#level1
#tantangan10hari
#day10
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tantangan #9 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ini adalah hari ke 4 saya menyadari sepenuhnya kalau saya sedang berusaha menerapkan metode Choose the Right Time ketika berbicara dengan suami di rumah. Kali ini, sebelum bicara, saya tanya ke suami saya yang kalau di rumah hampir selalu bekerja di depan komputer.
 "Ayah, aku mau cerita, sibuk ngga, kalau sudah selesai panggil aku ya."
"Iya bun, sebentar, nanti kalau sudah selesai aku asih tau"

Satu jam kemudian paksu memanggil saya, dan menanyakan apa yang mau saya ceritakan. Mengobrollah kami berdua sampai hampir waktunya berbuka puasa. Lalu kami sepakat membuat jam ngobrol berdua setiap hari jam 9.30 malam, setelah Kiran tidur. Paksu sayapun harus sudah di rumah sebelum jam tersebut. Memang harus dipaksakan agar komunikasi kami terus berjalan lancar.

Ketika berbicara diwaktu yang tepat, banyak sekali perubahan yang saya rasakan. Terutama dari segi emosi. Saya jadi berusaha mengontrol diri saya untuk menunggu saat yang tepat.

#level1
#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Wednesday, June 7, 2017

Tantangan #8 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ini saya dengan sadar sepenuhnya mencoba menerapkan metode Choose the Right Time dengan pak suami saya. Subuh hari sehabis sahur, suami saya sudah duduk manis menunggu saya. "Yuk, katanya mau ngobrol penting". Di malam sebelumnya, saya sudah bilang kalau ada yang mau saya bicarakan.

Malu juga sebenarnya, padahal saya cuma mau bilang kalau saya sedang menerapkan metode CtRT dari IIP. Respon suami saya?
"Nah begitu dong, diterapkan ilmunya. Padahal aku bertahun2 bilang sama kamu lihat2 keadaan kalau mau ngomong, kalau orang lain yang bilang baru deh di dengerin". Sambil mencubit saya. Hihihi maaf ya ayah, barupun perlahan akan berlubang kalau ditetesi air terus menerus hihihi. Akhirnya kami ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya subuh tiba.

Hari ke tiga metode CtRT dan eye contact berhasil. Perubahan yang sangat terasa ada di diri saya. Saya menjadi lebih sadar kalau akan saya memang harus menggunakan kaidah yang baik ketika akan berbicara, meskipun ke suami sendiri.

#level 1
#day 8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif

Tantangan #7 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ini seharusnya saya mengumpulkan tulisan saya hari ke 8, tetapi karena satu dan lain hal, baru sempat saya submit sekarang. But, it is better late than never hihihi.. Bismillah.

Kemarin adalah hari kedua saya menerapkan metode choose the right time dengan pak suami tersayang. Saya memilih untuk melakukan metode ini karena memang inilah kelemahan saya. Sering kali saya berbicara tanpa memperhatikan apakah orang yang saya ajak bicara (terutama suami saya) siap atau tidak. Alhasil, saya jadi kesal sendiri karena merasa tidak ditanggapi dan lama kelamaan suami sayapun terbiasa untuk tidak merespon.
Kemarin saya melakukannya lagi. Saya bicara ketika suami saya sedang mengetik di handphonenya. Akibatnya suami saya berkata, "Bun, kamu lihat ngga aku lagi apa, bisa sabar ngga?". Yaaaa, gagal deh, baru hari kedua saya sudah lupa. Mau saya lakukan lagi, suami saya sudah terlanjur berangkat kerja dan pulang malam hari. Baiklaahh, sepertinya harus saya ulang lagi besok dan saya harus sadar sepenuhnya untuk menggunakan metode Choose the Right ini ketika akan berbicara.

Semangaatt!!

Monday, June 5, 2017

Tantangan #5 Cara Berkomunikasi dengan Pasangan

Sudah 5 hari ini saya menerapkan cara berkomunikasi produktif dengan anak saya dan semakin lama hasilnya semakin baik. Hari ini saya akan mulai menerapkan metode-metode yang diajarkan di kelas bunday sayang kepada pasangan saya tercinta hehe. Sewaktu saya masih bekerja, waktu berkomunikasi intensif dengan suami saya terus terang memang kurang. Karena mempunyai usaha sendiri, setiap hari suami saya berangkat agak siang agar bisa bermain dengan Kiran. Namun konsekuensinya, ia biasanya pulang agak malam sekitar jam 10. Setelah saya berhenti dari pekerjaan saya, kami merancang waktu untuk berkomunikasi malam hari, setelah anak kami tertidur. Di akhir pekan biasanya kami meluangkan waktu berdya di sore hari, ketika Kiran sedang bermain di luar bersama dengan teman-temannya.

Suami saya adalah seorang pengajar dan pemerhati Bahasa Indonesia, jadi berbicara yang baik dan benar sering sekali ia ajarkan kepada saya (karena itu pula yang suami saya mau anak saya mencontoh). Ketika bicara, kami terbiasa melihat mata orang yang berbicara. Karena dengan melihat mata yang berbicara, kami juga menghormati orang tersebut.

Suami saya juga biasa memilih waktu yang tepat. Biasanya ketika ada hal yang ingin disampaikannya, ia akan bilang, 'Bun, nanti malam ada yang mau dikerjakan kah? Kalau tidak, ada yang mau aku bicarakan". Dengan begitu, saya bisa meluangkan waktu untuk mendengarkan suami saya.

Namun lain padang lain ilalang, saya biasanya yang tidak bisa menahan diri jika ada hal yang mau saya sampaikan. Sampai sampai suami saya pernah bilang, "Bun, kamu lihat tidak aku sedang apa? Bisa tunggu sebentar?". Aah, jadi malu saya. Beruntung matrikulasi kali ini mengingatkan saya agar melatih metode memilih waktu yang tepat.

Sebagai latihan, tadi pagi ada satu kejadian penting yang saya ingin ceritakan ke suami saya. Karena pagi tadi suami saya cukup hectic mempersiapkan pekerjaannya, saya memutuskan untuk menunda cerita saya, meskipun suami saya sudah meluangkan waktunya tadi. "Nanti malam saja ceritanya" kata saya. Biar lebih khusyuk juga menyampaikannya hehe.

Terus terang saya tipe orang yang ingin langsung bercerita kalau ada apa-apa. Tapi karena demi mempunyai komunikasi yang produktif dengan suami, saya berusaha mrmbuat perubahan dalam cara saya berkomunikasi. Dan sambil menulis blog ini, saya masih menunggu suami saya pulang untuk menyampaikan  cerita saya :D

#level1
#day6
#tantangan10hari
#kumunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tantangan #5 Cara Berkomunikasi Produktif Dengan Anak

Hari ini adalah hari ke 5 saya melakukan tantangan berkomunikasi yang produktif dengan anak saya Kiran. Saya masih menerapkan metode KISS dalam setiap kalimat instruksi yang saya berikan ke anak saya. Pada hari ke 5 ini, Kiran sudah lebih paham dan cenderung lebih cepat merespon instruksi dari saya. Walaupun terkadang saya masih harus mengulangnya dua kali baru ia kerjakan. Misalnya instruksi seperti:
"Kiran, sebelum ke rumah nenek, mainannya dimasukkan kembali ke kotaknya ya".
"Habis makan cuci piringnya ya, nak".
 
Saya dan suami juga menerapkan metode yang sama. Kami juga selalu menerapkan berbicara dengan intonasi yang sabar dan ramah.

Kami juga selalu berusaha memberikan Kiran pilihan, seperti hari ini, hujan turun deras, Kiran meminta izin untuk bermain hujan. Saya memberikan kiran pilihan:
1. Jika mandi hujan, tidak bisa main Xbox (wiken adalah waktu di mana anak saya bisa bermain Xbox)
2. Jika tidak mandi hujan, bisa main Xbox.

Anak saya tetap memilih bermain hujan. Setelah selesai, ia berusaha membujuk saya agar bisa bermain Xbox. Tetapi karena ia sudah memilih bermain hujan, saya tidak membolehkan Kiran bermain game.

Banyak sekali perubahan yang terjadi pada komunikasi antara anak saya dan saya pada khususnya. Kiran jadi lebih paham maksud saya dan mengerjakan instruksinya (walau tidak langsung dikerjakan). Saya pun menjadi lebih sabar dan senang melihat tindakan yang dilakukan oleh Kiran.

#level1
#day5
#tantangan10hari
#komunikasipriduktif
#kuliahbunsayiip

Sunday, June 4, 2017

Tantangan #4 Cara Berkomunikasi Dengan Anak

Hari ini adalah hari ke 4 saya mempraktekkan metode KISS dan jelas dalam mengkritik dan memuji.
Kiran (7 y.o) sepertinya sedang menguji kesabaran saya hari ini. Kalimat apapun yang saya sampaikan, ia menjawabnya dengan "Why?". Baru ketika saya jelaskan alasannya, ia lalu mengerjakan. Misalnya tadi pagi, saya mengingatkan Kiran untuk mandi, lalu dijawabnya "Why do I have to always take a bath?". Saya jadi menjelaskan lagi alasannya dengan intonasi yang ramah (meskipun saya tahu anak ini tahu mengapa ia harus mandi). Setelah beberapa argumen darinya, saya berikan Kiran pilihan
1. Kalau tidak mandi, badan Kiran akan gatal dan teman-teman yang main akan terganggu dengan bau mulut dan badan Kiran.
2. Kalau Kiran mandi, badan akan wangi dan tidak akan gatal.
Jadi terserah Kiran mau memilih yang mana. Setelah menggalau selama 5 menit akhirnya Kiran mandi juga.

Setelah mandi, saya berikan pujian, "Wah, i see that you have washed all of your body parts and you smell good too". "I like the smell of your clean hair, Kiran"
Anak itu lalu tersenyum, mengatakan "Thank You" dan bergegas memakai baju.

Memang, pilihan kata-kata kita ke pada anak akan mempengaruhi outcome  yang keluar dari si anak. :)

#level1
#day4
#Tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Friday, June 2, 2017

Tantangan #3 Cara Berkomunikasi dengan Anak

Selamat malam,

Masih dalam rangka memenuhi tantangan game pertama kuliah bunsay IIP, saya mempraktekkan metode KISS dan memuji dan mengkritik produktif dengan anak saya Kiran.

Hari ini saya menemani Kiran beraktifitas di Rockstar Gym untuk berenang. Sebelum berangkat, saya menggunakan metode KISS untuk mengingatkan Kiran agar menyiapkan barang-barang yang harus ia bawa. Cukup menggunakan kalimat tunggal.
"Siapkan keperluan yang harus dibawa ke Rockstar ya Ki".
Ada sedikit delay ketika menjawab, karena anak saya masih mau bermain, jadi saya harus memanggil namanya dua kali dan mengulang perkataan saya. Barulah Kiran membereskan barang-barangnya.

Ketika mengkritikpun saya berusaha menyampaikannya dengan bahasa yang jelas. Seperti yang terjadi tadi malam, saya memanggil Kiran untuk mengingatkan agar sikat gigi. Namun Kiran memilih untuk tidak merespon ucapan saya langsung. Setelah saya memanggil namanya 3x, barulah dia menjawab. Setelah menyikat giginya, saya mengajaknya untuk problem solving, dan mencari tahu kenapa ia memilih untuk tidak merespon saya. Kiran bilang kalau ia sedang sibuk melakukan sesuatu. Saya pun menyampaikan kritikan saya.
"Bunda merasa sedih tadi Kiran tidak menjawab panggilan Bunda. Tidak menjawab ketika dipanggil itu tidak baik, Ki karena tidak menghormati orang lain".
"Kalau memang Kiran sibuk, menurut Kiran bagaimana caranya supaya Bunda tahu kalau Kiran sedang melakukan sesuatu?" Tanya saya.

"I will tell you that i am doing something so you dont feel ignored." Jawab Kiran.

Metode KISS ini sangat bermanfaat untuk anak saya, karena biasanya saya ketika memberitahu anak saya cenderung merepet, alias banyak perintah dalam satu tarikan nafas hehehe. Alhasil, anak saya sering lupa instruksi yang ditengah. Misalnya: "Kiran, nanti jangan lupa bawa baju renang, goggle, handuk dan botol minum ya. Dan baju ganti juga jangan lupa masuk ke tas".
Setelah saya ganti kalimatnya menjadi kalimat tunggal, anak saya sekarang jadi terbiasa melakukan satu hal tanpa melupakan hal yang lain.

Begitu juga dengan mengkritik menggunakan kalimat yang jelas dan tepat pada masalah sangat tepat guna. Kiran menjadi lebih mengerti dan memahami persoalan yang terjadi.

#level1
#day3
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif


Thursday, June 1, 2017

Tantangan #2 Komunikasi Produktif kepada Anak

Hari ini adalah hari kedua saya menerapkan pola berkomunikasi Keep It Shirt and Simple ke Kiran. Setiap hari Kamis, Kiran dan teman-temannya homeschoolingnya berkumpul dan berkegiatan bersama. Sebelum berangkat, saya mengingatkan Kiran untuk menyiapkan semua keperluannya sendiri. To keep it short, saya hanya bilang "Kiran, selesai mandi, Kiran siapkan barang-barang yang perlu dibawa ya". Saya tidak merinci apa saja yang perlu Kiran bawa agar kalimat saya tidak terlalu panjang. Tak lama kemudian, saya lihat Kiran sudah membawa tasnya ke dalam mobil dan saya bertanya lagi, "Baju dan celana sudah ada?". "Sudah", jawabnya.

Ketika sampai di rumah temannya, Kiran lupa untuk mengatakan permisi ketika melewati beberapa orang tua yang duduk dilantai. Sesampainya di rumah, ketika review time, saya menyampaikan tindakan yang ia lakukan tadi. Saya berusaha memberikan kritik yang produktif. Saya mengatakan, "Kiran, tadi bunda melihat Kiran berjalan di depan bibi-bibi tanpa mengatakan permisi, menurut Kiran bagaimana?". Lalu anak saya menjawab, "Tidak bagus, karena aku tidak bilang permisi".
"Menurut Kiran, seharusnya bagaimana?"
"Lain kali aku bilang permisi atau aku lewat jalan yang lain" lanjut Kiran.

Yang menarik dari kejadian hari ini adalah anak saya mengerjakan hal yang saya minta lebih cepat, karena metode Kiss membuat kalimat menjadi lebih tepat guna. Biasanya, ketika saya minta Kiran untuk menyiapkan keperluannya, saya perlu  mengulang dua atau tiga kali sampai akhirnya baru dikerjakan. Tapi kali ini hanya satu kali saja.

#level1
#day2
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunika


Tantangan #1 Cara Berkomunikasi kepada Anak

Selamat pagi semuanyaaa..

Hari Senin kemarin, fasilitator kelas bunda sayang memberikan materi yang sangat bermanfaat, yaitu cara berkomunikasi dengan anak dan pasangan. Sering kali ketika kita berkomunikasi, maksud yang seharusnya tersampaikan menjadi tidak jelas karena kalimat yang terucap dari mulut tidak tertata dengan baik, tidak produktif, dan pada akhirnya menimbulkan outcome yang berbeda. Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan, tetapi karena cara penyampaiannya.

Dalam program Bunda Sayang ini, fasilitator memberikan tantangan kepada para peserta untuk mempraktekkan cara berkomunikasi yang baik dan produktif kepada anak dan pasangan selama 10 hari berturut-turut. Berhubung suami saya Rabu kemarin berangkat pagi dan pulang malam, saya mempraktekkan ilmu berkomunikasi dengan anak saya, Kiran, usia 7 tahun.

Ada 11 poin dalam cara berkomunikasi dengan anak, salah satunya adalah, KISS, yang artinya Keep It Short and Simple. Anak-anak itu bukan makhluk yang kompleks, mereka sangat simple. Kitalah sebagai orang tua yang ternyata membuat mereka menjadi kompleks. Dengan apa? Dengan cara kita berkomunikasi. Seringkali cara bicara atau memberikan instruksi ke anak kita cenderung merepet, terlalu banyak yang diperintahkan dan dengan pitch yang tidak terkontrol. Padahal, anak hanya bisa mencerna 1 kalimat tunggal saja. Contohnya kemarin, Kiran meminta untuk menggunakan waktu bermain gawainya lebih awal, padahal ia punya tanggung jawab yang harus ia lakukan, seperti menyiram tanaman, membereskan kasur dan menyapu teras depan. Dia berusaha membujuk saya agar diberikan izi. Dengan strategi KISS, saya cukup bilang, "Kiran lakukan simple stepsnya dulu, baru boleh main gawai". Tapi anak saya tidak puas dengan jawaban saya, dan sayapun mengulang instruksi saya lagi dan dengan intonasi yang biasa. Lama-lama, dia mengerti dan mengerjakan simple stepsnya dulu.
Kebiasaan di keluarga saya, sebelum tidur biasanya kami mengulas kembali beberapa hal bersama-sama. Ketika giliran Kiran, saya menanyakan "What was the nicest thing you did for other people?" Kiran menjawab, "I helped you with the laundry and I gave Wima my toys". Ketika akan memberikan pujian, saya juga berusaha mengunakan kalimat yang produktif. "It was nice of you to help me and share with Wima, Kiran. I am really helped. Im proud of you." Memberikan pujian saya usahakan agar lebih mengakui tindakan yang anak saya lakukan, bukan hanya mengatakan "kamu hebat".

Ketika menerapkan KISS ke Kiran, saya merasa tidak perlu lagi mengulang-ulang kalimat panjang dan hasilnya menjadi lebih efektif. Ketika memberikan pujian dengan kalimat yang produktif pun, saya melihat senyum mengembang di wajahnya, ada rasa bangga dimatanya ketika dia merasa saya mengakui hal baik yang ia lakukan.

Akan ada banyak lagi poin-poin yang bisa diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak. Insha Allah, dengan komunikasi yang baik, anak anak mencontoh dan melakukan yang baik. Because after all, monkey see, monkey do.

#level1
#day1
#komunikasiproduktif
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip