Tuesday, July 25, 2017

Melatih Kemandirian Anak #13

Hari ini Kiran ada kelas renang, basket, tennis dan gymnastics di Mall Kota Kasablanka. Sebelum berangkat, saya mengingatkan Kiran untuk menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk semua kegiatan tersebut.

Biasanya ketika keluar, Kiran sudah terbiasa menyiapkan barang keperluannya ke dalam tas seperti botol minum, baju dan celana ganti, serta topi. Tetapi karena bawaan setiap pergi kr Rockstar Gym ini banyak, saya hanya membantu mengingatkan keperluan setiap kegiatan. Misalnya, untuk renang, Kiran menyiapkan semuanya, dan saya akan menyebutkan yang perlu dibawa, jika ada di tas, Kiran akan bilang "Ada, bun". Dan jika belum ada, Kiran akan mengambilnya sendiri.
Hanya saja, ketika pulang, kemandirian mengeluarkan dari dalam tasnya yang masih perlu ditingkatkan dan dilatih. Saya pun harus konsisten mengingatkan, karena terkadang saya sendiri lupa hehe.


#level2
#bunsayiip
#tantangan10hari
#melatihkemandirian

Melatih Kemandirian Anak #12

Senin pagi ini, Kiran melakukan Simple Stepsnya terlambat karena ia bangun jam 8, tetapi ia tidak langsung mengerjakan tanggung jawabnya, tetapi ia malah bermain dengan mobilannya. Saya sudah mengingatkan Kiran sudah hampir jam 9 (karena jam 9 adalah jadwal yang Kiran pilih untuk gadget timenya). Jika ia Ia melakukan semua tanggung jawabnya lewat jam 9, maka ia konsekuensi yang disepakati adalah Kiran kehilangan waktu gadgetnya. Ternyata, Kiran melakukan semua Simple Stepsnya hanya dalam waktu 15 menit saja. Dan tentu saja hasilnya berantakan dan Kiran menangis meminta waktu gadgetnya. 

Setelah tangisnya reda, kami bertiga berdiskusi mengapa Kiran kehilangan waktu gadgetnya dan Kiran melihat lagi kualitas tanggung jawabnya. Setelah ia mengerti kami tanyakan rencana ke depannya agar tidak terjadi hal seperti ini lagi apa yang akan ia lakukan? Kiran mengatakan akan bangun lebih pagi dan mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik dan tidak tergesa-gesa.

#level2
#bunsayiip
#melatihkemandirian
#tantangan10hari

Melatih Kemandirian Anak #11

Minggu ini kami harus pulang kembali ke Jakarta. Sebelum pulang, Kiran saya ingatkan untuk membereskan kasur sebelum pulang. Karena di rumah Kiran sudah pernah memasukkan seprei sendiri ke kasur, kali ini saya minta Kiran untuk melakukannya lagi sendiri. Sebelum di mulai, Kiran terlihat kesulitan memasukkan seprei ke ujung kasur karena ia salah memasukkan ujung yang salah. Ia lalu bilang “It’s hard bun”. Saya berikan ia semangat untuk melakukannya lagi. Kiran mencobanya lagi dari ujung yang berbeda. Ternyata bisa! Senyum lebar tersungging dari bibir kecilnya. Dan ia bilang “I can do it”.

Memang kasur di rumah mertua saya memakai ranjang tidak seperti kasur di rumah kami yang tidak memakai ranjang, jadi lebih mudah untuk Kiran. Tetapi dari pengalaman ini, saya harap Kiran bisa mengganti seprei sendiri tanpa bantuan saya atau ayahnya lagi.




#level2
#bunsayiip
#tantangan10hari
#melatihkemandirian

Melatih Kemandirian Anak #10

Sabtu ini Kiran mengalami hal yang tidak mengenakkan, gigi geraham atasnya patah, ternyata setelah saya lihat, gigi atasnya hitam! Saya sangat kaget, padahal hampir setiap hari Kiran menyikat gigi sebelum tidur. Memang aka nada hari-hari di mana kami pulang malam dan Kiran sudah tertidur. Namun tidak hanya saya, Kiranpun kaget melihat ada bulatan hitam jatuh dari gigi gerahamnya. Ternyata itu kotorannya! 

Setelah itu, saya ajak Kiran berefleksi, mengapa hal itu bisa terjadi dan apa rencananya ke depan agar tidak terjadi lagi. Ia pun mengatakan akan menyikat gigi lebih lama dan lebih bersih lagi tanpa perlu diingatkan ayah dan bunda. Ia juga bilang kalau akan menbawa sikat dan pasta gigi di dalam tasnya, jadi kalau sewaktu-waktu pulang malam, ia bsia menyikat giginya dulu sebelum tidur. Yah, semoga konsisten ya nak, memang sesekali learn the hard way itu bagus juga untuk menyadarkan anak.


#level2
#bunsayiip
#tantangan10hari
#melatihkemandirian

Melatih Kemandirian Anak #9

Jumat sore ini, kami akan pergi lagi menuju Bandung, ikut ayah mengerjakan proyek di sana. Setiap akan keluar rumah, Kiran sudah terbiasa menyiapkan keperluannya sendiri. Untuk membereskan bajunya, Kiran pun melakukannya sendiri, saya hanya perlu bilang, “Kita akan berada di Bandung selama 3 hari 2 malam. Jadi Kiran menyiapkan 1 piyama tidur dan 2 pasang baju main. Setelah selesai, Kiran menaruh tasnya di dalam mobil. Botol minum dan topi sudah otomatis ada di dalam tasnya. Hanya saja, setelah pulang kembali ke Jakarta yang masih harus sering diingatkan agar Kiran mengosongkan dan membereskan isi tasnya lagi.



#level 2
#bunsayiip
#melatihkemandirian
#tantangan10hari

Melatih Kemandirian Anak #8

Kamis ini adalalah hari Special yang di tunggu-tunggu oleh Kiran. Mengapa? Karena hari ini kami akan menonton film Despicable Me 3. Specialnya di mana? Karena untuk film ini sudah ditunggu-tunggu Kiran sejak 2 bulan yang lalu. Berhubung saya habis khatam membaca buku Financial Wisdom for Kids, saya dan Ian mau mencoba mengajarkan kepada Kiran tentang kemandirian keuangan, yaitu menabung. Kiran sendiri sudah tahu arti kata menabung, tetapi belum pernah mempraktekkannya langsung. Saya dan Ian tidak mau membelikan tiket bioskop itu secara cuma-cuma. Karena Kiran suka sekali film Despicable Me, jadiah tiket film ini kami jadikan tujuan pendek menabung selama 2 bulan. 

Karena Kiran belum mempunyai uang jajan, maka saya dan Ian yang menabung, menurut Prof.Chandra, penulis buku Financial Wisdom for Kids, ketika anak masih kecil, tidak apa-apa anak tidak ikut andil dalam menabung, yang penting anak melihat orang tuanya mengumpulkan uang demi suatu tujuan, bukan main gesek CC atau tarik uang di ATM. Kami pun memberikan uang untuk ditabung kepada Kiran, lalu ia yang akan memasukan ke dalam celengan. Setelah hampir 2 bulan, kami membuka celengan dan menghitung bersama-sama uang yang terkumpul. Jumlah totalnya 170 ribu rupiah.

Lalu sore harinya, Kiran yang mengantri tiketnya sendiri dan membeli popcornnya sendiri. Wah, senangnya bukan main anak itu. Konsep menabung ini akan kami terus terapkan kepada Kiran dengan harapan semoga ketika dewasa nanti, menabung akan menjadi kebiasaan baiknya. 





#level2
#bunsayiip
#melatihkemandirian
#tantangan10hari

Melatih Kemandirian Anak #7

Rabu ini kami berencana keluar rumah, tetapi karena satu dan lain hal, agenda tersebut terpaksa kami batalkan. Jadi Kiran tetap beraktiftas seperti biasa di rumah, mengerjakan Simple Stepsnya, termasuk mencuci piring sehabis makan. Di awal-awal saya membiasakan tanggung jawab ini, kiran sempat protes, ”Why do I always have to wash the dishes?” saya jelaskan lagi, karena semua orang yang menggunakan alat makan, harus bertanggung jawab membuatnya bersih kembali. 

Keesokan harinya Kiran mengajukan penawaran, “I want to wash the plate later after playing”. Kebetulan di rumah saya banyak sekali semut, sehingga tidak lama piringnya di tinggalkan di meja, semut langsung mengerubungi. Lalu saya ajak Kiran melihat apa yang terjadi dan bertanya kepada Kiran menurutnya bagaimana. Setelah itu Kiran tidak lagi menawar ketika mencuci piring. Namun, ia meminta saya menemaninya di dapur, takut ada kecoa ceunah hahaha. Okeh lah nak, yuk, bunda temani.

#level2
#bunsayiip
#tantangan10hari
#melatihkemandirian

Melatih Kemandirian Anak #6

Di keluarga kami, hari mencuci adalah hari Rabu. Tetapi karena Rabu besok saya dan Kiran ada agenda keluar rumah, jadi hari mencuci dipindah hari Selasa ini. Meskipun masih 7 tahun, Kiran sudah saya libatkan dalam proses mencuci baju. Mulai dari mensortir baju berwarna, baju putih dan celana, merendam cuci, memutar mesin, dan menjemur baju. Bahkan jika baju putihnya terkena noda karena Kiran izin bermain tanah atau hujan, ia wajib menyikat bajunya sendiri. Meskipun buntut-buntutnya saya juga yang membersihkan (sikatan anak-anak itu kurang bersih ya), tetapi paling tidak ia tahu kalau ia harus bertanggung jawab membersihkan bajunya kalau kotor.


Apakah Kiran sukarela melakukannya? Tergantung moodnya. Kalau moodnya sedang bagus ia akan dengan sukarela membantu, tetapi jika sedang mood swing, perlu diingatkan untuk membantu saya menjemur pakaian. Tetapi tidak apa-apa. Learning is a journey, not a race hehe.

#level2
#bunsayiip
#tantangan10hari
#melatihkemandirian

Melatih Kemandirian Anak #5

Senin pagi ini kami sudah kembali ke Jakarta. Kiran pun sudah melakukan Simple Steps nya kembali yaitu: menyiram tanaman, menyapu latar, membereskan kamar, menyiapkan sarapan, dan mandi pagi. Hari ini, saya sedang sibuk di dapur, jadi saya tidak sempat membantu Kiran membereskan kasur. Kiran bilang kepada saya bahwa ia bisa membereskan kasurnya sendiri (terkadang Kiran memang membereskan kasur sendiri atau terkadang meminta bantuan saya/ayahnya). 15 menit kemudian, tidak terdengar suara dari kamar,biasanya kalau selesai membereskan kasur, Kiran akan bilang “im done buunn”. Tapi kali ini tidak ada suara sama sekali. Ketika saya longok ke kamar, ternyata ia sedang bermain sendiri dan menarik semua seprei. Kiran bilang ia sedang bermain terowongan dan ia akan membereskan sepreinya sendiri. Namun, ternyata setelah dicoba, memasukkan seprei ke kasur itu cukup menantang untuk Kiran. Setelah mencoba berkali-kali dan hampir kesal sendiri, akhirnya ia bisa membereskan seprei sendiri ke kasur. Reviewnya setelah itu? 
"It is really hard to make the bed from the beginning. I am going to be careful when playing on the bed next time."(hahaha).

#level2
#bunsayiip
#tantangan 10hari
#melatihkemandirian

Sunday, July 23, 2017

Melatih Kemandirian Anak #4

Melatih Kemandirian Iman


Minggu ini kami masih berada di Bandung. Selain mandi, makan, memilih baju, dan mencuci piring sendiri,  Kiran juga masih berlatih kemandirian sholat sendiri. Namun, karena masih banyak orang, Kiran masih menawar waktu ketika saya ingatkan (harus diajak diskusi lagi soal sholat diawal waktu) dan dia juga sedang bermain dengan sepupunya. Akhirnya sesuai waktu yang disepakati, Kiran mengajak sepupunya untuk sholat bersama. Ia menolak untuk berjamaah dengan saya karena bunda lama sholatnya ceunah hehe. Semoga kemandirian iman anak saya akan segera tumbuh.


#level2
#bunsayiip
#melatihkemandirian
#tantangan10hari

Melatih Kemandirian Anak #3

Melatih Kemandirian Iman Anak

Selama 2 hari ke depan ini kami akan berada di Bandung karena ada acara keluarga di rumah mertua. Berhubung rumah mertua ada banyak orang selama 2 hari, maka kami tidak mengharuskan Kiran untuk melakukan Simple Stepsnya atau tanggung jawab yang ia biasa lakukan di rumah. Tetapi paling tidak ada beberapa yang masih Kiran harus lakukan ketika berada di rumah neneknya.

Kiran sudah masuk usia 7 tahun, sudah saatnya diajarkan sholat 5 waktu. Selama di rumah, biasanya Kiran akan sholat berjamaah dengan saya. Sholat yang Kiran selalu coba kerjakan adalah Dzuhur dan Maghrib. Subuh, Ashar, dan Isya masih kadang-kadang saja (masih harus diingatkan). Selama di  Bandung, Kiran akan mengajak saudara sepupunya untuk sholat bersama-sama. Semoga semakin besar, kemandirian iman Kiran akan semakin terlatih.
#level2
#bunsayiip
#melatihkemandirian
#tantangan10hari

Saturday, July 15, 2017

Melatih Kemandirian Anak #2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata mandiri adalah

man·di·ri a dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain: sejak kecil ia sudah biasa -- sehingga bebas dari ketergantungan pada orang lain;

ke·man·di·ri·an n hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Mengacu pada definisi tersebut kemandirian memang harus sedini mungkin diajarkan kepada anak agar kelak ian dewasa ia akan bisa berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada orang tuanya baik dan bisa mengambil keputusan sendiri.

Selain dari list simple steps atau list tanggung jawab yang kami coba terapkan kepada Kiran semenjak usia 4 tahun, kami juga selalu melibatkan Kiran dalam mengambil keputusan. Mengapa kami libatkan? Karena kami mau agar Kiran ketika besar nanti terbiasa untuk mempunyai pendapatnya sendiri dan tidak ikut-ikutan orang lain. Semenjak usia 2 tahun, Kiran sudah kami biasakan memilih pakaiannya sendiri. Sehingga sampai sekarang saya sudah tidak mengurus lagi pakaian yang akan dia pakai (walau saya sering geleng2 kepala melihat kombinasi warna baju yang ia pakai). Hal apapun yang memerlukan keputusan, kami selalu melibatkan Kiran.

Semoga yang kami lakukan sekarang ini bisa bermanfaat dalam melatih Kiran untuk menjadi seorang pemelajar mandiri.

#level2
#iipbunsay
#tantangan10hari

Friday, July 14, 2017

Melatih Kemandirian Anak #1

Tema game Bunsay yang kedua ini sangat menarik untuk saya. Sehari sebelum di launching oleh para fasilitator, saya baru saja dimarahi oleh ibu saya karena membiarkan anak saya yang berusia 7 tahun untuk mandi sendiri hihihi. Dan ketika saya baca materi yang diberikan, ternyata isinya tentang kemandirian anak. Wah, pas sekali nih, dalam hati saya. Langsung saya kirimkan materi tersebut ke ibu saya agar beliau membacanya hehe.




Terus terang saya belum membahas lebih detail tentang kemandirian apa yang saya dan suami inginkan dari Kiran. Rencananya wiken ini baru akan saya list down kemandirian apa saja yang kami harapkan muncul dari anak kami itu. Tetapi sejak anak kami berusia 4 tahun, kami sudah memperkenakan dengan tanggung jawab. Kami menyebutnya Simple Steps. Seiring berjalannya usia, Simple Steps Kiran pun bertambah. Yang Kiran harus lakukan adalah:
1. Bangun tidur pagi
2. Membereskan kasur
3. Menyiram tanaman
4. Menyapu lantai depan
5. Mandi sendiri
6. Menyiapkan sarapan sendiri
7. Mencuci piring sendiri
8. Menyiapkan keperluannya di tas setiap akan pergi (baju ganti, topi, botol minum).

Meskipun sudah dilakukan setiap hari, tetapi ada kalanya Kiran menawar dan kami masih harus selalu mengingatkan.
Untuk kemandirian yang kami sedang berusaha untuk kiran tingkatkan beberapa hari ini adalah menyapu lantai sembari menaruh sepatu dan sendal yang ada di lantai ke rak sepatu di depan rumah. Kami membuat Kiran sebagai "Porch Manager".
Tetapi memang kami masih harus memberikan semangat dan terus menjelaskan agar Kiran lebih sukarela melakukannya karena itu merupakan tanggung jawab yang harus dikerjakan agar Kiran kelak bisa mandiri.

#level2
#bunsayIIP
#melatihkemandirian
#tantangan10hari

Saturday, June 10, 2017

Tantangan #11 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Assalamualaikum,

Hari ke 11 saya menerapkan metode Choose the Right Time dan Eye Contact. Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan lalu, saya dan suami sepakat untuk meluangkan waktu berdua untuk berbicara jam 9.30, setelah Kiran tidur.  Saya meminta waktu khusus untuk bicara karena saya merasa waktu berkomunikasi dari hati ke hati dengan suami sangat minim. Jadi semoga kebiasaan yang baru kami buat ini akan terus berlangsung.

Malam ini saya mengungkapkan perasaan saya kepada suami saya. Tentang sikap kami berdua, kekurangan kami, dan harapan dari satu sama lain. Suami saya juga melakukan hal yang sama. Hal yang sangat jarang kami lakukan. Memang banyak sekali manfaat dari meluangkan waktu berdua saja setiap malam. Kami jadi tahu apa yang dirasakan oleh satu sama lain. Ketika suami berbicara, saya mendengarkan dan menggunakan kontak mata dan begitu juga sebaliknya. Kita jadi bisa lebih memahami apa yang di sampaikan dengan melihat langsung ke matanya.

Semoga hal baik yang kami sedang lakukan akan terus bisa konsisten berlangsung.

#level1
#day11
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Friday, June 9, 2017

Tantangan #10 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ke 10 melakukan tantangan komunikasi produktif, saya dan suami memutuskan untuk meluangkan waktu setiap malam untuk ngobrol. Setiap hari jam 9.30, setelah anak kami tidur, adalah waktunya kami saling mendengarkan.

Barusan kami menyelesaikan percakapan kami. Metode Choose the Right Time, eye contact dan bahasa tubuh bisa kami praktekkan. Sangat menyenangkan sekali. Dulu pernah kami mencoba membuat waktu komunikasi berdua seperti ini, tetapi karena saya dan suami masih sama-sama bekerja, jam 9 rasanya kasur sudah memanggil untuk ditiduri. Konsistensi berkomunikasi jam 9 cuma jadi rencana yang tidak terlaksana. Sekarang kami mencoba mewajibkan untuk berkomunikasi setiap malam. Dan semua berkat tantangan dari bunsay iip. Semoga kami bisa terus konsisten.

#level1
#tantangan10hari
#day10
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tantangan #9 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ini adalah hari ke 4 saya menyadari sepenuhnya kalau saya sedang berusaha menerapkan metode Choose the Right Time ketika berbicara dengan suami di rumah. Kali ini, sebelum bicara, saya tanya ke suami saya yang kalau di rumah hampir selalu bekerja di depan komputer.
 "Ayah, aku mau cerita, sibuk ngga, kalau sudah selesai panggil aku ya."
"Iya bun, sebentar, nanti kalau sudah selesai aku asih tau"

Satu jam kemudian paksu memanggil saya, dan menanyakan apa yang mau saya ceritakan. Mengobrollah kami berdua sampai hampir waktunya berbuka puasa. Lalu kami sepakat membuat jam ngobrol berdua setiap hari jam 9.30 malam, setelah Kiran tidur. Paksu sayapun harus sudah di rumah sebelum jam tersebut. Memang harus dipaksakan agar komunikasi kami terus berjalan lancar.

Ketika berbicara diwaktu yang tepat, banyak sekali perubahan yang saya rasakan. Terutama dari segi emosi. Saya jadi berusaha mengontrol diri saya untuk menunggu saat yang tepat.

#level1
#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Wednesday, June 7, 2017

Tantangan #8 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ini saya dengan sadar sepenuhnya mencoba menerapkan metode Choose the Right Time dengan pak suami saya. Subuh hari sehabis sahur, suami saya sudah duduk manis menunggu saya. "Yuk, katanya mau ngobrol penting". Di malam sebelumnya, saya sudah bilang kalau ada yang mau saya bicarakan.

Malu juga sebenarnya, padahal saya cuma mau bilang kalau saya sedang menerapkan metode CtRT dari IIP. Respon suami saya?
"Nah begitu dong, diterapkan ilmunya. Padahal aku bertahun2 bilang sama kamu lihat2 keadaan kalau mau ngomong, kalau orang lain yang bilang baru deh di dengerin". Sambil mencubit saya. Hihihi maaf ya ayah, barupun perlahan akan berlubang kalau ditetesi air terus menerus hihihi. Akhirnya kami ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya subuh tiba.

Hari ke tiga metode CtRT dan eye contact berhasil. Perubahan yang sangat terasa ada di diri saya. Saya menjadi lebih sadar kalau akan saya memang harus menggunakan kaidah yang baik ketika akan berbicara, meskipun ke suami sendiri.

#level 1
#day 8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif

Tantangan #7 Komunikasi Produktif dengan Pasangan

Hari ini seharusnya saya mengumpulkan tulisan saya hari ke 8, tetapi karena satu dan lain hal, baru sempat saya submit sekarang. But, it is better late than never hihihi.. Bismillah.

Kemarin adalah hari kedua saya menerapkan metode choose the right time dengan pak suami tersayang. Saya memilih untuk melakukan metode ini karena memang inilah kelemahan saya. Sering kali saya berbicara tanpa memperhatikan apakah orang yang saya ajak bicara (terutama suami saya) siap atau tidak. Alhasil, saya jadi kesal sendiri karena merasa tidak ditanggapi dan lama kelamaan suami sayapun terbiasa untuk tidak merespon.
Kemarin saya melakukannya lagi. Saya bicara ketika suami saya sedang mengetik di handphonenya. Akibatnya suami saya berkata, "Bun, kamu lihat ngga aku lagi apa, bisa sabar ngga?". Yaaaa, gagal deh, baru hari kedua saya sudah lupa. Mau saya lakukan lagi, suami saya sudah terlanjur berangkat kerja dan pulang malam hari. Baiklaahh, sepertinya harus saya ulang lagi besok dan saya harus sadar sepenuhnya untuk menggunakan metode Choose the Right ini ketika akan berbicara.

Semangaatt!!

Monday, June 5, 2017

Tantangan #5 Cara Berkomunikasi dengan Pasangan

Sudah 5 hari ini saya menerapkan cara berkomunikasi produktif dengan anak saya dan semakin lama hasilnya semakin baik. Hari ini saya akan mulai menerapkan metode-metode yang diajarkan di kelas bunday sayang kepada pasangan saya tercinta hehe. Sewaktu saya masih bekerja, waktu berkomunikasi intensif dengan suami saya terus terang memang kurang. Karena mempunyai usaha sendiri, setiap hari suami saya berangkat agak siang agar bisa bermain dengan Kiran. Namun konsekuensinya, ia biasanya pulang agak malam sekitar jam 10. Setelah saya berhenti dari pekerjaan saya, kami merancang waktu untuk berkomunikasi malam hari, setelah anak kami tertidur. Di akhir pekan biasanya kami meluangkan waktu berdya di sore hari, ketika Kiran sedang bermain di luar bersama dengan teman-temannya.

Suami saya adalah seorang pengajar dan pemerhati Bahasa Indonesia, jadi berbicara yang baik dan benar sering sekali ia ajarkan kepada saya (karena itu pula yang suami saya mau anak saya mencontoh). Ketika bicara, kami terbiasa melihat mata orang yang berbicara. Karena dengan melihat mata yang berbicara, kami juga menghormati orang tersebut.

Suami saya juga biasa memilih waktu yang tepat. Biasanya ketika ada hal yang ingin disampaikannya, ia akan bilang, 'Bun, nanti malam ada yang mau dikerjakan kah? Kalau tidak, ada yang mau aku bicarakan". Dengan begitu, saya bisa meluangkan waktu untuk mendengarkan suami saya.

Namun lain padang lain ilalang, saya biasanya yang tidak bisa menahan diri jika ada hal yang mau saya sampaikan. Sampai sampai suami saya pernah bilang, "Bun, kamu lihat tidak aku sedang apa? Bisa tunggu sebentar?". Aah, jadi malu saya. Beruntung matrikulasi kali ini mengingatkan saya agar melatih metode memilih waktu yang tepat.

Sebagai latihan, tadi pagi ada satu kejadian penting yang saya ingin ceritakan ke suami saya. Karena pagi tadi suami saya cukup hectic mempersiapkan pekerjaannya, saya memutuskan untuk menunda cerita saya, meskipun suami saya sudah meluangkan waktunya tadi. "Nanti malam saja ceritanya" kata saya. Biar lebih khusyuk juga menyampaikannya hehe.

Terus terang saya tipe orang yang ingin langsung bercerita kalau ada apa-apa. Tapi karena demi mempunyai komunikasi yang produktif dengan suami, saya berusaha mrmbuat perubahan dalam cara saya berkomunikasi. Dan sambil menulis blog ini, saya masih menunggu suami saya pulang untuk menyampaikan  cerita saya :D

#level1
#day6
#tantangan10hari
#kumunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tantangan #5 Cara Berkomunikasi Produktif Dengan Anak

Hari ini adalah hari ke 5 saya melakukan tantangan berkomunikasi yang produktif dengan anak saya Kiran. Saya masih menerapkan metode KISS dalam setiap kalimat instruksi yang saya berikan ke anak saya. Pada hari ke 5 ini, Kiran sudah lebih paham dan cenderung lebih cepat merespon instruksi dari saya. Walaupun terkadang saya masih harus mengulangnya dua kali baru ia kerjakan. Misalnya instruksi seperti:
"Kiran, sebelum ke rumah nenek, mainannya dimasukkan kembali ke kotaknya ya".
"Habis makan cuci piringnya ya, nak".
 
Saya dan suami juga menerapkan metode yang sama. Kami juga selalu menerapkan berbicara dengan intonasi yang sabar dan ramah.

Kami juga selalu berusaha memberikan Kiran pilihan, seperti hari ini, hujan turun deras, Kiran meminta izin untuk bermain hujan. Saya memberikan kiran pilihan:
1. Jika mandi hujan, tidak bisa main Xbox (wiken adalah waktu di mana anak saya bisa bermain Xbox)
2. Jika tidak mandi hujan, bisa main Xbox.

Anak saya tetap memilih bermain hujan. Setelah selesai, ia berusaha membujuk saya agar bisa bermain Xbox. Tetapi karena ia sudah memilih bermain hujan, saya tidak membolehkan Kiran bermain game.

Banyak sekali perubahan yang terjadi pada komunikasi antara anak saya dan saya pada khususnya. Kiran jadi lebih paham maksud saya dan mengerjakan instruksinya (walau tidak langsung dikerjakan). Saya pun menjadi lebih sabar dan senang melihat tindakan yang dilakukan oleh Kiran.

#level1
#day5
#tantangan10hari
#komunikasipriduktif
#kuliahbunsayiip

Sunday, June 4, 2017

Tantangan #4 Cara Berkomunikasi Dengan Anak

Hari ini adalah hari ke 4 saya mempraktekkan metode KISS dan jelas dalam mengkritik dan memuji.
Kiran (7 y.o) sepertinya sedang menguji kesabaran saya hari ini. Kalimat apapun yang saya sampaikan, ia menjawabnya dengan "Why?". Baru ketika saya jelaskan alasannya, ia lalu mengerjakan. Misalnya tadi pagi, saya mengingatkan Kiran untuk mandi, lalu dijawabnya "Why do I have to always take a bath?". Saya jadi menjelaskan lagi alasannya dengan intonasi yang ramah (meskipun saya tahu anak ini tahu mengapa ia harus mandi). Setelah beberapa argumen darinya, saya berikan Kiran pilihan
1. Kalau tidak mandi, badan Kiran akan gatal dan teman-teman yang main akan terganggu dengan bau mulut dan badan Kiran.
2. Kalau Kiran mandi, badan akan wangi dan tidak akan gatal.
Jadi terserah Kiran mau memilih yang mana. Setelah menggalau selama 5 menit akhirnya Kiran mandi juga.

Setelah mandi, saya berikan pujian, "Wah, i see that you have washed all of your body parts and you smell good too". "I like the smell of your clean hair, Kiran"
Anak itu lalu tersenyum, mengatakan "Thank You" dan bergegas memakai baju.

Memang, pilihan kata-kata kita ke pada anak akan mempengaruhi outcome  yang keluar dari si anak. :)

#level1
#day4
#Tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Friday, June 2, 2017

Tantangan #3 Cara Berkomunikasi dengan Anak

Selamat malam,

Masih dalam rangka memenuhi tantangan game pertama kuliah bunsay IIP, saya mempraktekkan metode KISS dan memuji dan mengkritik produktif dengan anak saya Kiran.

Hari ini saya menemani Kiran beraktifitas di Rockstar Gym untuk berenang. Sebelum berangkat, saya menggunakan metode KISS untuk mengingatkan Kiran agar menyiapkan barang-barang yang harus ia bawa. Cukup menggunakan kalimat tunggal.
"Siapkan keperluan yang harus dibawa ke Rockstar ya Ki".
Ada sedikit delay ketika menjawab, karena anak saya masih mau bermain, jadi saya harus memanggil namanya dua kali dan mengulang perkataan saya. Barulah Kiran membereskan barang-barangnya.

Ketika mengkritikpun saya berusaha menyampaikannya dengan bahasa yang jelas. Seperti yang terjadi tadi malam, saya memanggil Kiran untuk mengingatkan agar sikat gigi. Namun Kiran memilih untuk tidak merespon ucapan saya langsung. Setelah saya memanggil namanya 3x, barulah dia menjawab. Setelah menyikat giginya, saya mengajaknya untuk problem solving, dan mencari tahu kenapa ia memilih untuk tidak merespon saya. Kiran bilang kalau ia sedang sibuk melakukan sesuatu. Saya pun menyampaikan kritikan saya.
"Bunda merasa sedih tadi Kiran tidak menjawab panggilan Bunda. Tidak menjawab ketika dipanggil itu tidak baik, Ki karena tidak menghormati orang lain".
"Kalau memang Kiran sibuk, menurut Kiran bagaimana caranya supaya Bunda tahu kalau Kiran sedang melakukan sesuatu?" Tanya saya.

"I will tell you that i am doing something so you dont feel ignored." Jawab Kiran.

Metode KISS ini sangat bermanfaat untuk anak saya, karena biasanya saya ketika memberitahu anak saya cenderung merepet, alias banyak perintah dalam satu tarikan nafas hehehe. Alhasil, anak saya sering lupa instruksi yang ditengah. Misalnya: "Kiran, nanti jangan lupa bawa baju renang, goggle, handuk dan botol minum ya. Dan baju ganti juga jangan lupa masuk ke tas".
Setelah saya ganti kalimatnya menjadi kalimat tunggal, anak saya sekarang jadi terbiasa melakukan satu hal tanpa melupakan hal yang lain.

Begitu juga dengan mengkritik menggunakan kalimat yang jelas dan tepat pada masalah sangat tepat guna. Kiran menjadi lebih mengerti dan memahami persoalan yang terjadi.

#level1
#day3
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif


Thursday, June 1, 2017

Tantangan #2 Komunikasi Produktif kepada Anak

Hari ini adalah hari kedua saya menerapkan pola berkomunikasi Keep It Shirt and Simple ke Kiran. Setiap hari Kamis, Kiran dan teman-temannya homeschoolingnya berkumpul dan berkegiatan bersama. Sebelum berangkat, saya mengingatkan Kiran untuk menyiapkan semua keperluannya sendiri. To keep it short, saya hanya bilang "Kiran, selesai mandi, Kiran siapkan barang-barang yang perlu dibawa ya". Saya tidak merinci apa saja yang perlu Kiran bawa agar kalimat saya tidak terlalu panjang. Tak lama kemudian, saya lihat Kiran sudah membawa tasnya ke dalam mobil dan saya bertanya lagi, "Baju dan celana sudah ada?". "Sudah", jawabnya.

Ketika sampai di rumah temannya, Kiran lupa untuk mengatakan permisi ketika melewati beberapa orang tua yang duduk dilantai. Sesampainya di rumah, ketika review time, saya menyampaikan tindakan yang ia lakukan tadi. Saya berusaha memberikan kritik yang produktif. Saya mengatakan, "Kiran, tadi bunda melihat Kiran berjalan di depan bibi-bibi tanpa mengatakan permisi, menurut Kiran bagaimana?". Lalu anak saya menjawab, "Tidak bagus, karena aku tidak bilang permisi".
"Menurut Kiran, seharusnya bagaimana?"
"Lain kali aku bilang permisi atau aku lewat jalan yang lain" lanjut Kiran.

Yang menarik dari kejadian hari ini adalah anak saya mengerjakan hal yang saya minta lebih cepat, karena metode Kiss membuat kalimat menjadi lebih tepat guna. Biasanya, ketika saya minta Kiran untuk menyiapkan keperluannya, saya perlu  mengulang dua atau tiga kali sampai akhirnya baru dikerjakan. Tapi kali ini hanya satu kali saja.

#level1
#day2
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunika


Tantangan #1 Cara Berkomunikasi kepada Anak

Selamat pagi semuanyaaa..

Hari Senin kemarin, fasilitator kelas bunda sayang memberikan materi yang sangat bermanfaat, yaitu cara berkomunikasi dengan anak dan pasangan. Sering kali ketika kita berkomunikasi, maksud yang seharusnya tersampaikan menjadi tidak jelas karena kalimat yang terucap dari mulut tidak tertata dengan baik, tidak produktif, dan pada akhirnya menimbulkan outcome yang berbeda. Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan, tetapi karena cara penyampaiannya.

Dalam program Bunda Sayang ini, fasilitator memberikan tantangan kepada para peserta untuk mempraktekkan cara berkomunikasi yang baik dan produktif kepada anak dan pasangan selama 10 hari berturut-turut. Berhubung suami saya Rabu kemarin berangkat pagi dan pulang malam, saya mempraktekkan ilmu berkomunikasi dengan anak saya, Kiran, usia 7 tahun.

Ada 11 poin dalam cara berkomunikasi dengan anak, salah satunya adalah, KISS, yang artinya Keep It Short and Simple. Anak-anak itu bukan makhluk yang kompleks, mereka sangat simple. Kitalah sebagai orang tua yang ternyata membuat mereka menjadi kompleks. Dengan apa? Dengan cara kita berkomunikasi. Seringkali cara bicara atau memberikan instruksi ke anak kita cenderung merepet, terlalu banyak yang diperintahkan dan dengan pitch yang tidak terkontrol. Padahal, anak hanya bisa mencerna 1 kalimat tunggal saja. Contohnya kemarin, Kiran meminta untuk menggunakan waktu bermain gawainya lebih awal, padahal ia punya tanggung jawab yang harus ia lakukan, seperti menyiram tanaman, membereskan kasur dan menyapu teras depan. Dia berusaha membujuk saya agar diberikan izi. Dengan strategi KISS, saya cukup bilang, "Kiran lakukan simple stepsnya dulu, baru boleh main gawai". Tapi anak saya tidak puas dengan jawaban saya, dan sayapun mengulang instruksi saya lagi dan dengan intonasi yang biasa. Lama-lama, dia mengerti dan mengerjakan simple stepsnya dulu.
Kebiasaan di keluarga saya, sebelum tidur biasanya kami mengulas kembali beberapa hal bersama-sama. Ketika giliran Kiran, saya menanyakan "What was the nicest thing you did for other people?" Kiran menjawab, "I helped you with the laundry and I gave Wima my toys". Ketika akan memberikan pujian, saya juga berusaha mengunakan kalimat yang produktif. "It was nice of you to help me and share with Wima, Kiran. I am really helped. Im proud of you." Memberikan pujian saya usahakan agar lebih mengakui tindakan yang anak saya lakukan, bukan hanya mengatakan "kamu hebat".

Ketika menerapkan KISS ke Kiran, saya merasa tidak perlu lagi mengulang-ulang kalimat panjang dan hasilnya menjadi lebih efektif. Ketika memberikan pujian dengan kalimat yang produktif pun, saya melihat senyum mengembang di wajahnya, ada rasa bangga dimatanya ketika dia merasa saya mengakui hal baik yang ia lakukan.

Akan ada banyak lagi poin-poin yang bisa diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak. Insha Allah, dengan komunikasi yang baik, anak anak mencontoh dan melakukan yang baik. Because after all, monkey see, monkey do.

#level1
#day1
#komunikasiproduktif
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Wednesday, May 24, 2017

Kelas Bunsay IIP Batch #3

Hari ini adalah hari pertama saya mengerjakan  tugas di kelas Bunsay IIP batch #3. Berkaca dari NHW dan kehadiran saya ketika diskusi di kelas sebelumnya, terus terang saya ketika akan memulai kelas bunsay ini agak ragu apakah saya akan bisa mengikuti matrikulasi, diskusi, dan tantangan yang diberikan di kelas ini.


Namun, ketika melihat semangat dari teman2 satu angkatan di wag Bunsay dan dukungan dari suami saya, saya jadi terpompa untuk bisa mengerjakan dan menampilkan yang terbaik. Walaupun mungkin akan sering tertinggal dalam diskusi, insyallah saya akan berusaha sebaik mungkin untuk belajar dari para fasilitator dan teman2 semua di kelas ini. :)